22 Des 2010

Special Hari Ibu -Mitos Bisa Merusak Lingkungan

Lho mitos bisa bikin lingkungan rusak, mang mitos apaan? Ingin tau baca terus!
Posting saat ini khusus saya tulis buat para ibu, yang pas saya tulis dihari ini, hari Ibu, 22 Desember 2010. Awal mula saya kepikiran menulis posting ini gara-gara mengamati lingkungan sekitar rumah tinggal saya. Saya tinggal di daerah pedesaan ada di wilayah Jawa Timur.
Beberapa minggu belakangan, hampir setiap hari saya selalu mendengar sebagian warga mengeluh karena banjir, maklum akhir-akhir ini hujan terus terjadi, saya sendiri juga heran ini kampung bukan Jakarta yang padat, baru hujan beberapa jam saja sudah banjir, padahal sungai dekat rumah saya lumayan lebar dan dalam, belum lagi daerah ini tidak padat dan banyak tanah kosong yang pasti banyak tanaman besar seperti pohon mangga, nangka, kelapa, bambu dll yang sangat baik menyerap air hujan.
Saya keliling sekalian mengajak putra saya jalan-jalan mumpung hari ini tidak banjir, sesampainya di dekat sungai saya melihat sekelompok bapak-bapak lagi berkumpul sambil ngomel-ngomel sambil teriak ”hei! disini tersumbat”, setelah saya ikut nimbruk perhatiin para bapak-bapak itu yang lagi gotong-royong bersiin selokan yang mampet, saya coba lihat lebih dekat bungkusan plastik besar-besar itu isinya kira-kira apaan ya, ya ampun ternyata pempers bayi, Astaga! Kelakuan para ibu ini. Saya pulang sambil sedih, ini harus diluruskan anemo para ibu dari para leluhur klo popok bayi tidak boleh dibuang ditempat sampah nanti bisa terbakar, klo sampai terbakar kulit bayi ada yang bilang akan bentol-bentol, gatal-gatal mirip penyakit bidur atau cacar. Tidak hanya popok bayi saja, semua barang yang dipakai bayi tidak boleh sampai terbakar, itu sebabnya kenapa tadi saya juga melihat ada guling bayi kecil yang nyangkut di akar pepohonan dekat sungai. Aah klo begini nggak aneh klo banjir dimana-mana.
Sepertinya mitos beginian aja masalah kecil ya tapi klo sudah mengakibatkan banjir bisa jadi masalah besar. Coba hitung kalau satu desa ada kira-kira 10bayi pakai pempers sehari 1 pempers, kira-kira satu bulan ada berapa pempers yang hanyut di sungai???
Nggak perlu dihitung, yang pasti sungainya dangkal terisi ma pempers semua. Memang sih tidak semua pempers bayi dibuang disungai, beberapa tetangga yang memiliki pekarangan/kebun biasanya membuang sampah mereka disana. Itupun tidak dibakar dibiarkan terkumpul begitu saja biar hancur sendiri katanya.
Buat para ibu mari belajar menggunakan logika yang benar setiap kali berhadapan sama yang namanya mitos, apalagi yang lagi hamil trus tinggal sama ortu/mertua yang kolot alias kejawen, pasti deh suguhannya mitos mulu, hamil tak boleh ini-itu. Saya sudah membuktikan klo pempers yang dibakar nggak ada hubungannya sama kulit bayi yang gatal dsb. Coba pikir bagaimana klo para ibu yang tinggal di perumahan seperti banyak saudara saya tinggal di komplek perumahan, nggak ada pekarangan/kebun untuk membuang sampah mereka, lalu pempers bayi mereka dibuang di tempat sampah dan nggak terjadi apa-apa kok sama bayi mereka. Ada tambahan satu lagi buat para wanita, saya juga pernah nggobrol sama seorang ibu yang tinggal di perumahan yang menyuruh pembantu rumah tangganya untuk membuang bungkusan berisi maaf pembalut wanita ke sungai seberang, lho kok?, Buat yang nggaku wanita sadari hal itu akan merugikan orang banyak. Ok sekian dulu.
Selamat Hari Ibu!
Mari cintai lingkungan kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar